1. PEMBENTUKAN
BINTANG
Ruang
diantara bintang-bintang tidak kosong, tetapi terdapat materi berupa gas dan debu yang disebut materi antar
bintang. Di beberapa tempat, materi antar bintang dapat dilihat sebagai awan
antar bintang yang tampak terang ketika disinari oleh bintang-bintang panas di
sekitarnya, atau akan tampak gelap bila
awan menghalangi cahaya bintang. Kerapatan awan antar bintang sangat kecil,
jauh lebih kecil daripada udara di sekeliling kita tetapi awan antar bintang
memiliki volume yang sangat besar sehingga materi di situ cukup banyak untuk
membentuk ribuan bintang. Materi antar bintang ini memang bahan mentah
pembentukan bintang. Awan antar bintang ini disebut nebula. Contohnya nebula
orion dan nebula cakar kucing.
Gagasan antar bintang ini terbentang dalam ruang sebesar beberapa parsec dan massanya bisa ribuan kali massa matahari. Karena kerapatannya tinggi dan bermassa besar, gravitasi mendominasi dinamika internal awan-awan gas sehingga awan dapat runtuh kearah pusat dan memulai proses pembentukan bintang.
Gagasan antar bintang ini terbentang dalam ruang sebesar beberapa parsec dan massanya bisa ribuan kali massa matahari. Karena kerapatannya tinggi dan bermassa besar, gravitasi mendominasi dinamika internal awan-awan gas sehingga awan dapat runtuh kearah pusat dan memulai proses pembentukan bintang.
Namun
ada gaya lain selain gaya gravitasi yang juga mempengaruhi kelahiran bintang
yaitu seperti medan magnet kosmik dan turbulensi. Gravitasi menyokong prosesnya
dengan menarik semua materi menjadi satu. Medan magnetik dan turbulensi menjadi
gaya tambahan yang menghalangi proses tersebut. Saluran medan magnet dalam
pembentukan bintang akan mengalirkan gas dan membuatnya menjadi lebih sulit
untuk menarik gas dari semua arah, sementara turbulensi mengendalikan gas dan
menyebabkan tekanan ke arah luar yang menentang gravitasi.
Kombinasi
antara turbulensi dalam awan dan energi magnetik dalam awan menghambat proses
keutuhan ini dengan cukup efektif, namun dititik paling rapat dalam awan
tersebut dapat terjadi pelemahan medan magnetik dan jabang bayi bintang
(protobintang) dapat terbentuk. Oleh suatu peristiwa hebat, misalkan ledakan
bintang atau pelontaran massa oleh bintang, di suatu sekelompok materi antar
bintang menjadi lebih mampat daripada di sekitarnya. Bagian luar awan ini akan
tertarik oleh gaya gravitasi materi di bagian dalam. Akibatnya awan ini mengerut
dan menjadi makin mampat. Peristiwa seperti ini disebut sebagai peristiwa
kondensasi.
Agar
terjadi kondensasi, massa yang diperlukan tidak usah terlalu besar, beberapa
ratus massa matahari sudah cukup. Jadi, di dalam awan yang bermassa beberapa
ratus massa matahari ini akan terjadi kondensasi yang lebih kecil. Pada setiap
kondensasi kerapatan awan dalam gas bertambah besar. Riwayat gumpalan awan
induk akan terulang lagi dalam kelompok awan yang lebih kecil itu. Disitu akan
terjadi kondensasi lebih kecil lagi dan seterusnya. Peristiwa ini disebut
peristiwa fragmentasi.
Awan
yang tadi satu terpecah menjadi ratusan bahkan ribuan awan dan setiap awan
mengalami pengerutan gravitasi. Pada akhirnya suhu menjadi cukup tinggi
sehingga awan-awan itu akan memijar dan menjadi embrio atau jabang bayi suatu
bintang atau disebut protobintang. Pada saat sudah menjadi protobintang, materi
awan yang tadinya tembus pancaran menjadi kedap terhadap pancaran. Energi yang
dihasilkan pengerutan yang tadinya bebas dipancarkan keluar, sekarang
terhambat. Akibatnya tekanan dan temperatur bertambah besar sehingga proses
pengerutan menjadi lambat dan proses fragmentasi akan terhenti.
Namun
jabang bayi bintang-bintang ini diamati tidak sendirian, namun bersama-sama
jabang-jabang bintang lainnya. Jadi sebuah awan gas raksasa dapat membentuk
banyak jabang-jabang bintang yang akhirnya saling terikat secara gravitasional
membentuk gugus bintang.
Bintang muda yang panas memancarkan dan mengionisasikan gas disekitar bintang. Akibatnya bintang dilingkupi oleh daerah yang mengandung ion hidrogen yang disebut daerah HII yang mengembang dengan cepat. Pemuaian selubung ion hidrogen ini dapat berlangsung secara supersonik (lebih cepat dari kecepatan rambat gelombang bunyi di tempat itu ) hingga menimbulkan gelombang kejut. Akibat gelombang kejut ini, gas dingin disekitarnya akan mengalami pemampatan hingga terbentuk kondensasi dan terbentuklah bintang baru. Bintang baru inipun akhirnya akan dilingkupi oleh daerah HII yang mengembang dengan cepat. Bintang baru akan terbentuk lagi akibat dorongan gas yang memuai ini. Begitulah seterusnya pembentukan bintang berlangsung secara berantai.
Bintang muda yang panas memancarkan dan mengionisasikan gas disekitar bintang. Akibatnya bintang dilingkupi oleh daerah yang mengandung ion hidrogen yang disebut daerah HII yang mengembang dengan cepat. Pemuaian selubung ion hidrogen ini dapat berlangsung secara supersonik (lebih cepat dari kecepatan rambat gelombang bunyi di tempat itu ) hingga menimbulkan gelombang kejut. Akibat gelombang kejut ini, gas dingin disekitarnya akan mengalami pemampatan hingga terbentuk kondensasi dan terbentuklah bintang baru. Bintang baru inipun akhirnya akan dilingkupi oleh daerah HII yang mengembang dengan cepat. Bintang baru akan terbentuk lagi akibat dorongan gas yang memuai ini. Begitulah seterusnya pembentukan bintang berlangsung secara berantai.
2. EVOLUSI
PRA DERET UTAMA
Secara
teori kita dapat mengikuti jejak evolusi bintang pada diagram HR. Jadi bila
berdasarkan pengamatan dapat kita ketahui letak suatu bintang dalam diagram HR,
kita dapat memperoleh informasi, pada tahap apa bintang tersebut. Suatu proto
bintang yang telah mengakhiri proses fragmentasinya akan terus mengerut akibat
gravitasinya.
Pada
awalnya temperatur dan luminositasbintang masih rendah, dalam diagram HR
letaknya di kanan bawah (titik A). Hayashi menunjukan bahwa bintang dengan
temperatur efektif terlalu rendah tidak mungkin berada dalam keseimbangan
hidrostatik. Dalam diagram HR daerah ini disebut ‘daerah terlarang Hayashi’
(daerah yang di arsir). Protobintang barada di daerah itu. Pada mulanya
kerapatan materi protobintang seragam, tetapi kemudian materi makin rapat ke
arah pusat. Materi protobintang sebagian besar adalah hidrogen. Pada temperatur
yang rendah hidrogen kebanyakan berupa molekul H2. Dengan meningkatnya
temperatur tumbukan antar molekul menjadi makin sering dan makin hebat. Pada
temperatur sekitar 1500 K terjadi penguraian (disosiasi) molekul hidrogen
menjadi atom hidrogen. Untuk menyediakan energi cukup besar bagi berlangsungnya
disosiasi itu protobintang mengerut lebih cepat. Pada temperatur yang makin
tinggi akan terjadi proses ionisasi pada atom hidrogen dan helium. Proses ini
pun menyerap energi sehingga pengerutan yang cepat berlangsung terus.
Pengerutan dengan laju besar ini berakhir bila semua hidrogen dan helium di
dalam telah terionisasi semua.
Evolusi
protobintang ditandai dengan keruntuhan cepat (hampir seperti jatuh bebas).
Pada akhirnya protobintang menyeberang daerah terlarang Hayashi (titik B). Kita
sebut protobintang itu dengan bintang pra deret utama. Luminositas bintang
sangat tinggi karena maeri masih renggang sehingga energi bebas terpancar keluar.
Bintang akan mengerut dengan laju yang lebih lambat menyusuri pinggir luar
daerah terlarang Hayashi. Jejak evolusinya hampir vertikal (Te hampir tak
berubah), jejak ini dikenal sebagai jejak Hayashi. Karena temperatur efektifnya
yang rendah, hampir seluruh bintang berada dalam keadaan konveksi. Bintang
mengerut dengan jejarinya mempunyai harga terbesar yang dibolehkan oleh
keseimbangan hidrostatik.
Karena
kekedapan (atau koefisien absorpsi R), menurun dengan naiknya temperatur (hukum
Kramers) gradien temperatur di pusat bintang juga menurun hingga berlakulah
keadaan setimbang pancaran di pusat bintang. Terbentuklah pusat yang energinya
diangkut secara pancaran di dalam bir tang (disebut pusat pancaran). Dengan
makin besarnya pusat pancaran, yang kekedapannya kecil, maka bintang pun makin
berkurang kekedapannya. Lebih banyak energi yang mrengalir secara pancaran. Hal
ini ditandai dengan naiknya luminositas (titik C). Karena bintang tetap
mengerut selama luminositasnya meningkat, permukaannuya menjadi lebih panas,
bintang bergerak ke atas dan ke kiri dalam diagram HR. Laju evolusi pada tahap
ini jauh lebih lambat daripada sebelumnya. Pada akhirnya temperatur di pusat
bintang cukup tinggi untuk berlangsungnya pembakaran hidrogen. Pada saat itu
tekanan di dalam bintang menjadi besar dan pengerutan pun berhenti. Bintang
menjadi bintang deret utama (titik D). Tahap evolusi sebelum mencapai deret
utama itu kita sebut tahap praderet utama.
Waktu
yang diperlukan sebuah bintang berevolusi dari awan antar bintang menjadi
bintang deret utama bergantung pada massa bintang itu. Makain besar massa suatu
bintang, makin singkat waktu yang diperlukan untuk mencapai deret utama bagi
bintang dengan berbagai massa.
Kemungkinan
kita mengamati suatu bintang pada suatu tahap evolusi bergantung pada lamanya
tahap evolusi tersebut. Karena tahap evoluisi pra deret utama bintang yang
bermassa besar berlangsung sangat singkat, kemungkinannya lebih besar bagi kita
mengamati tahap pra deret utama bintang dengan massa yang kecil.
Bila massa bintang terlalu kecil, suhu di pusat bintang tak pernah cukup tinggi untuk berlangsung reaksi pembakaran hidrogen. Batas massa untuk ini bergantung pada kompisis kimia , umumnya sekitar 0,1 . Bintang dengan massa lebih kcil dari batasmassa ini akan mengerut dan luminositasnya menurun. Bintang akhirnya mendingin manjadi bintang katai gelap tanpa mengalami reaksi inti yang berarti
Bila massa bintang terlalu kecil, suhu di pusat bintang tak pernah cukup tinggi untuk berlangsung reaksi pembakaran hidrogen. Batas massa untuk ini bergantung pada kompisis kimia , umumnya sekitar 0,1 . Bintang dengan massa lebih kcil dari batasmassa ini akan mengerut dan luminositasnya menurun. Bintang akhirnya mendingin manjadi bintang katai gelap tanpa mengalami reaksi inti yang berarti
3.
Evolusi
di deret utama.
Temperatur
di pusat bintang menjadi semakin tinggi karena pengerutan akibat gravitasi.
Pada temperatur sekitar 10 juta derajat, inti hydrogen bereaksi membentuk
helium. Energi yang dibangkitkan oleh reaksi ini menyebabkan tekanan di dalam
bintang menahan pengerutan bintang dan bintang menjadi mantap. Pada saat itu
bintang mencapai deret utama berumur nol (atau zero age main-sequence,
disingkat ZAMS). Komposisi kimia bintang pada saat itu masih homogen dan masih
mencerminkan komposisi awan antar bintang yang membentuknya. Deret utama
merupakan kedudukan bintang dengan reaksi inti di pusatnya yang komposisi kimianya
masih homogen.
Akibat
berlangsungnya reaksi inti di pusat bintang, hydrogen di pusat berkurang sedang
helium bertambah. Jadi dengan perlahan terjadi perubahan komposisi kimia di
pusat bintang. Sedikit demi sedikit bintang tidak homogen lagi komposisinya.
Hal ini berakibat perubahan struktur bintang dengan perlahan. Bintang menjadi
lebih terang, jari-jari bertambah besar dan temperature efektifnya berkurang,
namun belum bergeser jauh dari deret utama. Tahap evolusi ini disebut tahap
deret utama yang bermula dari deret utama berumur nol.
Reaksi proton-proton
Perkembangan
fisika kuantum, mengeluarkan teori baru akan pembangkitan energi di dalam
bintang. Sir Arthur Eddington pada 1920 mengemukakannya untuk pertama kali,
melibatkan dua proton yang bergabung untuk membentuk satu inti helium diikuti
dengan pelepasan energi. Pada tahun 1939, Hans Bethe mengemukakan mekanisme
daur proton-proton untuk pembangkitan energi di dalam bintang sekelas matahari,
melengkapi teori mekanisme daur karbon-nitrogen-oksigen yang dikemukakan
sebelumnya pada 1938 oleh Carl Friedrich van Weizsicker.
Ketika
Eddington mengungkapkan usulannya untuk pertama kali, didapati bahwa tekanan
dan temperatur matahari tidak cukup tinggi untuk melangsungkan pembakaran fusi
hydrogen. Bethe melihat bahwa efek terowongan dalam fisika kuantum dapat
mengatasi masalah ini, sehingga reaksi fusi dapat terjadi dalam lingkungan
dengan temperatur dan tekanan yang tidak terlalu tinggi. Daur proton-proton
yang diusulkan oleh Hans Bethe adalah reaksi fusi yang tidak terlalu peka
terhadap suhu dan berlangsung dengan lambat. Daur ini juga yang membuat
bintang-bintang sekelas matahari dan yang lebih kecil dapat berumur jauh lebih
panjang.
Reaksi
proton-proton ini terjadi terutama pada bintang-bintang seukuran matahari atau
lebih kecil. Umumnya reaksi proton-proton hanya terjadi pada temperatur yang
sangat tinggi. Reaksi proton-proton merupakan reaksi berantai yang melibatkan
tumbukan 6 proton dengan hasil akhir 1 inti helium, 2 proton, 2 positron, 2 neutrino,
dan energi. Dinamai reaksi proton-proton karena melibatkan 2 proton
Reaksi daur karbon
Daur karbon berlangsung pada
temperatur dan tekanan yang tinggi, yaitu saat energi kinetic mampu mengatasi
penghalang gaya Coulomb. Daur karbon berlangsung dengan laju cepat, sehingga
sekali bintang memiliki cukup tekanan dan temperatur, daur ini akan lebih
dominan ketimbang daur proton-proton. Dengan daur karbon, terjadi semacam
siklus melingkar, semakin tinggi temperature, semakin cepat reaksi berlangsung
dan semakin cepat reaksi berlangsung, semakin tinggi temperature. Daur ini yang
dominan terjadi pada bintang-bintang yang lebih massif daripada matahari.
Pada reaksi daur karbon dilalui
dengan memanfaatkan atom-atom karbon sebagai katalis dalam reaksi. Pada kondisi
suhu inti matahari hanya 1,7 % 4 He yang diproduksi melalui mekanisme daur
karbon ini. akan tetapi di dalam bintang yang lebih berat daur karbon menjadi
sumber energi utama. Dominan atau tidaknya daur karbon bergantung pada
kelimpahan 12 C dan temperature. Dalam rangkaian teaksi ini secara netto, 4
proton diubah menjadi 1 partikel alpha, 2 positron (yang segera musnah karena
interaksi dengan elektron dan menghasilkan energi dalam bentuk sinar gamma),
dan 2 neutrino.
4.
Evolusi
Bintang Pasca Deret Utama
Seperti halnya evolusi deret utama.
Evolusi pasca deret utama bintang juga ditentukan oleh massanya.
Macam-macam
bintang berdasarkan massanya,antara lain:
a.
Bintang Kecil :
berukuran kurang dari 4 kali atau sama dengan Massa Matahari
b.
Bintang Sedang :
berukuran 4-8 kali Massa Matahari
c.
Bintang Masiv :
berukuran 8-30 kali Massa Matahari
d.
Bintang Super Masiv :
berukuran lebih dari 30 kali Massa Matahari
Proses Evolusi Bintang
secara umum
Setelah
hidrogen di pusat habis digantikan pusat helium dan massa pusat helium pada
akhirnya mencapai batas Schonberg- Chandrasekhar.Pusat helium mengerut dengan
cepat dan menjadi panas. Reaksi pembakaran hidrogen berlangsung di lapisan luar
yang melingkupi pusat helium. Pada saat pusat Helium mengerut, lapisan luar
bintang mengembang. Bintang berevolusi menjadi bintang raksasa merah. Jejaknya
dalam diagram HR menuju ke kanan. Pusat yang mengerut dan temperaturnya semakin
tinggi menyebabkan helium di pusat menjadi bahan bakar.
Proses
Pembakaran
a.
Massa Kecil
Untuk bintang bermassa kecil, reaksi pembakaran terjadi apabila rapat massa pusat bintang sudah sedemikian
besar (dalam keadaan
terdegenerasi sempurna)
b. Massa besar
Untuk
bintang bermassa besar, reaksi pembakaran tidak perlu menunggu kerapatan materi pusat terlampau besar,
karena temperatur di pusat sudah cukup tinggi sebelum keadaan terdegenerasi
tercapai.
1. Proses
Evolusi Bintang Bermassa kecil
Untuk bintang bermassa kecil, reaksi
pembakaran helium terjadi di pusat yang terdegenerasi sempurna. Tekanan di
pusat hampir sepenuhnya diberikan oleh electron terdegenerasi ( tekanan
elektron terdegenerasi tidak bergantung pada temperaturnya).Akibatnya setelah
temperatur naik akibat pembakaran helium maka tekanan hampir tidak berubah.
Sehingga menyebabkan tidak terjadi pemuaian seperti pada keadaan tak
terdegenerasi. Dengan meningkatnya temperature, materi yang tadinya
terdegenerasi menjadi tidak terdegenerasi. Apabila hal ini terjadi, maka gas
akan berada pada temperatur yang terlalu tinggi untuk tekanannya. Akibatnya,
gas akan menyesuaikan tekanannya dalam proses yang berlangsung dengan cepat.
Peristiwa mulai dari pembakaran helium hingga peningkatan tekanan yang mendadak
di pusat disebut kilatan helium ( helium
flash).
2. Proses
Evolusi Bintang Bermassa Sedang
Pusat helium yang mengerut dan menjadi
panas. Untuk bintang bermasa sedang, reaksi pembakaran helium berlangsung
dengan mantap, sehingga struktur bintang berubah dengan perlahan, yang
menyebabkan evolusi dapat terlihat. Setelah terjadi pembakaran helium, pusat
bintang yang tadinya mengerut akan mengembang. Pengembangan pusat bintang ini
diikuti oleh pengerutan lapisan luar bintang, sehingga temperatur efektif
bintang meningkat. Pengembangan pusat ini bersifat eksplosif yang akan
mengakibatkan bintang akan meledak menjadi supernova.
3. Proses
Evolusi Bintang Bermassa Besar
Proses ini dimulai dengan mengerutnya
pusat helium dan menjadi panas. Pada saat bintang meninggalkan deret utama,
temperatur di pusat sudah cukup tinggi, sehingga reaksi pembakaran helium
terjadi setelah bintang meninggalkan deret utama. Akibat dari pusat helium yang
mengerut, menyebabkan lapisan luar mengembang dan berevolusi menjadi bintang
raksasa merah.
5.
Akhir
Riwayat Bintang
a. Akhir
Riwayat Bintang bermassa kecil
Bintang
bermassa kecil akan mengalami kilatan helium pada tahap pasca deret utama.
Makin kecil massa bintang, dan makin sedikit unsur beratnya, maka makin biru
warnanya. Setelah helium di pusat bintang bintang habis, terbentuklah pusat
karbon-oksigen di dalam bintang akibat dari implikasi reaksi fusi nuklir. Suatu
bintang bermassa kecil yang didalamnya berlangsung reaksi pembakaran hydrogen
dan helium di sekitar pusat karbon-oksigen, maka akan goyah kemantapannya.
Akibatnya bintang akan berdenyut dengan denyutan yang makin kuat, sehingga
terjadi pelontaran massa oleh bintang. Bintang akan melontarkan materi bagian
luarnya sehingga tersingkap pusatnya yang sangat panas atau yang disebut
sebagai Planetary Nebula. Planetray Nebula tampak sebagai bintang
panas yang dikelilingi oleh cincin gas. Pengamatan pada Planetray Nebula menunjukkan bahwa cincin gas itu mengembang dan
pusatnya mengerut. Bintang pusat yang mengerut tersebut pada akhirnya akan
menjadi bintang Katai Putih ( White
Dwarf). Bintang dengan massa kecil ini sangat lambat evolusinya. Diperlukan
waktu melebihi umur alam semesta sekarang untuk menjadi bintang Katai Putih.
Setelah sumber energy di dalam bintang habis, bintang Katai Putih selanjutnya
menjadi bintang Katai Gelap.
Gambar
1. Planetary Nebula
Gambar
diatas merupakan Planetary Nebula
cincin (Ring Nebula- M57) yang
diabadikan oleh teleskop luar angkasa Hubble. Planetary Nebula ini berjarak 2000 tahun cahaya .
Gambar
2. Bintang Katai Putih
b. Akhir
Riwayat Bintang Bermassa Sedang
Untuk
bintang bermassa sedang, akibat reaksi pembakaran heluum, karbon akan tertimbun
di pusat bintang dan digangtikan pusat karbon. Pusat karbon akan mengerut
hingga rapat massa dan temperature di pusat bintang makin tinggi. Pada
temperatur yang cukup tinggi untuk berlangsungnya pembakaran karbon, materi di
pusat sudah sanagt terdegenerasi. Reaksi pembakaran karbon dalam keadaan
terdegenerasi bersifat eksplosif sehingga bintang akan meledak, atau disebut
sebagai Supernova.
c. Akhir
Riwayat Bintang Bermassa Besar
Untuk
bintang bermassa besar, reaksi
pembakaran karbon berlangsung sebelum materi di pusat bintang terdegenerasi.
Reaksi pembakaran karbon berlangsung dengan mantap (tidak eksplosif). Implikasi
dari reaksi fusi nuklir, akan menghasilkan unsur-unsur baru seperti karbon,
inti besi dan inti berat lainnya pada pusat bintang. Pada temperatur dan
tekanan yang sangat tinggi, inti besi
akan terurai kembali menjadi inti helium. Terurainya inti besi menjadi helium
menyerap energy. Akibatnya tekanan di pusat bintang mendadak turun hingga pusat
bintang runtuh dengan dahsyat karena terhimpit beban yang berat dan mendorong
terjadinya ledakan supernova. Pusat bintang yang runtuh tersebut menjadi sanagt
mampat. Sehingga elektron di pusat bintang akan terhimpit sehingga makin dekat
dengan inti. Elektron-elektron tersebut banyak yang menembus inti. Elektron
yang menembus inti menyatu dengan protin membentuk neutron. Terbentuklah gas
yang kaya engan neutron. Pada keadaan yang sangat mampat ini, gas neutron
terdegenerasi. Neutron terdegenerasi memeberikan tekanan balik
yang menghentikan pengerutan dan terbentuklah bintang neutron. Bintang
ini akan berputar dan memiliki sebuah medan magnet. Bintang neutron yang berotasi
sangat cepat disebut dengan Pulsar. Pulsar memancarkan gelombang radio dari
kutub magnetnya pada arah tertentu, sehingga tampak seperti berdenyut (efek
sirine).
Gambar 3. Supernova
Gambar 4. Pulsar